Welcome to Mahesa Jundulloh: October 2015 | Mahesa Jundulloh | Islam | Statistics

Quote

"A happiness is a simple thing to feel. It just needs your sincerity to all you have"

Wednesday, October 28, 2015

Menghilangkan Sesuatu yang Mengganggu di Jalan adalah Sebab Meraih Ampunan


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَه

"Ketika seseorang berjalan di sebuah jalan, ia mendapati ranting pohon berduri di jalan tersebut, ia pun menyingkirkannya, maka Allah berterima kasih kepadanya, lalu mengampuninya." [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu]

DELAYING GRATIFICATION

By Mahesa Jundulloh

Dikutip dari tulisan: dr. Gamal Albinsaid
Semoga menginspirasi dan manfaat


Hari minggu malam kemarin, saya perjalanan pulang dari acara seminar United Nation dimana saya diminta membahas fundraising strategy. Saya bertemu seorang pemuda berusia 23 tahun yang tengah merintis sebuah bisnis. Tahun 2002 ia menjadi anak yatim yang mengaharuskannya pindah ke kota Malang dan belajar di Pondok. Bahkan ia sempat tinggal dipanti asuhan. Maklumlah selepas SMA ia harus langsung bekerja.

Sempat 4 tahun menjadi karyawan dan 2 kali berhenti kerja, lalu mulai kuliah ditengah pekerjaan, kini mantan bosnya adalah rival usaha yang sudah dikalahkannya dalam persaingan usahanya. Sebuah perjalanan cepat dan mengagumkan dari seorang pemuda, selalu menjadi rasa yang mempesona bagi saya. Ia mengingatkan saya sebuah teori yang lahir 50 tahun yang lalu. Delaying gratification. Tatkala sekelompok anak diberikan permen dan mereka dijanjikan akan mendapatkan permen lebih jika sedikit bersabar menunda makan permen. Apa yang terjadi? Sebagian besar dari meraka tak mampu bersabar sejenak untuk merasakan lebih banyak permen.

Bagi saya teori itu sudah lahir lebih dari 1.400 tahun lalu tatkala kita diajarkan berpuasa. Sadarkah kita buka puasa begitu lezat dibanding makan malam biasa karena diawali tak makan lebih dari 12 jam. Teori ini bisa kita implementasi pada berbagai bidang kehidupan untuk menjadi kunci memberhasilkan. Bagi saya pengusaha adalah orang yang mau melakukan sesuatu yang orang lain tak mau lakukan untuk merasakan sesuatu yang orang lain tak mampu rasakan.

Tuesday, October 27, 2015

Catatan Hati Mutarobbi dan Murobbi

By Mahesa Jundulloh
(Hendra P)


Jakarta, 26 Oktober 2015


Seperti biasa setiap senin malam saya mengisi lingkaran kecil di apartment mahasiswa, kampus baru tempat saya berikhtiar...

Namanya juga apartment..
Semuanya begitu mewah..
Gedungnya menjulang tinggi...

Ada kolam renangnya, tempat bermain billiard, tempat fitness, tempat belajar mahasiswa, lapangan basket, ruang tunggu yang begitu nyaman hingga tempat anak2 bercengkerama..

Sebagian besar yang tinggal di sini adalah mahasiswa etnis sebelah... Dan semuanya adalah mahasiswa kampus saya..

Walau sudah beberapa kali ke sini, tapi masih saja terasa asing rasanya..

Sepulang kerja, selepas magrib, saya harus mencari tukang ojek.. Jaraknya tidak terlalu jauh sebenernya, tapi berhubung tidak ada angkot yang langsung ke lokasi, saya memilih ojek konvensional.. Kasihan dg mereka kalau pakai ojek Online terus...

Saturday, October 24, 2015

RENUNGAN PAGI 

Beginilah video tentang secuil kisah adik2 kecil kita di Syria..
Memunguti sisa roti di jalanan..


Saat ditanya, "pesan apa yang ingin kamu sampaikan pada dunia yang telah memisahkan kalian?"
Mereka menjawab, "Tidak ada... Mereka semua telah meninggalkan kita.. Tidak ada yang tinggal bersama kita"

Ya Rabb... Apa yang akan kami jawab kelak dihadapan-Mu saat mereka bertanya, "dimana umat muslim lain saat musibah menimpaku?"

Tuesday, October 13, 2015

Ditujukan buat para istri yang juga menjabat sebagai menantu....

Sumber tulisan:
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200687871556075&set=a.3279975895136.1073741825.1739728119&type=1&fref=nf&pnref=story


Seburuk apapun mertua.. 
Aku selalu ingat bahwa..
Dia..adalah wanita yg mngandung suamiku dalam kepayahan selama 9bln..
Dia..adalah wanita yg air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku..
Dia..ialah wanita yg mendidik dan membesarkan suamiku, yg mngajarkan kepada suamiku akhlaq sehingga aku nyaman di sisi suamiku.
Aku..ga pernah keluar uang sepeserpun untuk nyekolahin suamiku.. hingga ia dapat ijazah, yg sekarang ijazah itu ia gunakan utk mencari nafkah..untuk menafkahi aku!!
Aku..ga sedikitpun mendidik suamiku hingga kini ia jadi pria yg penuh tanggungjawab.. dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.

Tilawah QS. Azzumar: 1-3 by Mahesa Jundulloh


تَنۡزِيۡلُ الۡكِتٰبِ مِنَ اللّٰهِ الۡعَزِيۡزِ الۡحَكِيۡمِ‏ 
(39:1) The revelation of this Book is from Allah, the Most Mighty, the Most Wise.1
1. This is a brief introduction to the Surah which only stresses the point that the Quran is not Muhammad’s (peace be upon him) word, as the disbelievers assert, but it is Allah’s Word, which He Himself has sent down. Along with this, two of Allah's attributes have been mentioned to warn the listeners of two realities so that they do not underestimate this Word but understand its full importance: (1) That Allah Who has sent it down, is All-Mighty; that is, He is so powerful that no power can prevent His will and decisions from being enforced and none can dare resist Him in any way. (2) That He is All-wise; that is, the guidance He is giving in this Book, is wholly based on wisdom, and only an ignorant and foolish person can turn away from it. (For further explanation, see (E.N. 1 of Surah As-Sajdah).

Tuesday, October 6, 2015

UNTUKMU SANG MUROBBI


Ditulis oleh: Hendra P (Mahesa Jundulloh)
Blog: mahesajundulloh.blogspot.com

Agenda mentoring serempak ke-2 untuk mahasiswa baru pada Ahad lalu diisi dengan nonton film "Sang Murobbi" bersama. Agak berbeda memang dengan Mentoring ke-1 dua pekan lalu yang diisi Cyber Motivation. 

Agenda dimulai dengan briefing pagi dari pembina untuk para mentor. Setelah itu baru dilanjutkan dengan agenda menonton film "Sang Murobbi" dan mentoring. 

Ada satu cerita menarik yang semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita. Berikut ceritanya. 

Di kampus ini hampir semua mahasiswa berasal dari keluarga berada memang. Gadget mereka saja saya perhatikan bermerk "gambar apel dengan sedikit gigitan". Mahasiswa, baik mahasiswa baru maupun senior, ke kampus pun banyak sekali yang bermobil. Jarang yang mengenal "angkot". Belum lagi tidak terbayang mahalnya biaya pendidikan di kampus ini

Salah satu peserta mahasiswa baru muslim yang alhamdulillah mau ikut Mentoring, anggap saja bernama dik Fulan, juga sama. Dia berasal dr salah satu sekolah negeri di Jakarta. Ayahnya saat ini menetap di Hong Kong, bekerja di salah satu Bank BUMN dan mendapat tugas penempatan di sana. Dik Fulan tinggal di salah satu bangunan semacam apartemen mahasiswa mewah yang disediakan kampus. Saya coba bandingkan, mungkin biaya kumulatif 2 tahun untuk kosan di Bogor setara dengan biaya bulanan untuk sewa tinggal di situ.

Sebelum acara Mentoring dimulai, para mentor mengikuti briefing terlebih dahulu oleh pembina (Pak R. Saleh) dan juga oleh saya. Kami membuat lingkaran kecil di bagian kiri Musholla. Sebenarnya apa yang disampaikan Pak Saleh dalam briefing sudah cukup membangunkan gelora dakwah. Apa yang Beliau sampaikan adalah tentang niat dan reorientasi menjadi mentor. Tujuannya untuk membangkitkan semangat mereka yang sepertinya sudah mulai kendor. 

Saya tak kuasa sebetulnya ketika diberi kesempatan oleh Pak Saleh untuk memberikan sedikit pengantar dalam briefing itu. Sudah cukup rasanya apa yang beliau sampaikan menjadi pengingat para mentor.
Saat kalimat pertama keluar dr lisan saya, air mata saya sudah berlinang dan jatuh dari pelupuk mata. Sebetulnya malu harus menangis di depan mereka. Sudah coba saya, tapi akhirnya tak terbendung juga. Salah satu mentor yang hadir juga turut berderai air mata. Kami larut dalam keharuan.

Saat itu yang saya bayangkan adalah sosok seorang murobbi yang sampai sekarang masih melekat betul di ingatan saya. Murobbi saya saat di Bogor, dimasa-masa awal saya mengenal tarbiyah. Lebih tepatnya saat saya masih tingkat2 awal kuliah. Sebut saja Beliau adalah ustadz Nurhalim, Lc. Beliau saat ini sedang melanjutkan pendidikan di negeri 2 Benua.

Sunday, October 4, 2015

Simbol Mujahadah dari Bukit Manik

By Mahesa Jundulloh



Ir. Setyorini Pradiyati, seorang sarjana peternakan alumni IPB angkatan 1991 yang kini menetap dan membangun peradaban di dusun Pacet, Kabupaten Bandung. Ibu Rini, demikian ia dipanggil, penampilannya sangat khas dengan jilbab lebar yang menutupi sebagian tubuh mungilnya. Gaya bicaranya yang lantang, bijaksana, sistematik, dan berisi, begitu menunjukan jika beliau sangat berwawasan luas dan merupakan sosok wanita tangguh. Ia adalah penerus Khadijah Alkubro di era modernitas yang penuh ketidakpastian. Walau usianya kini tak lagi muda, tetapi semangatnya dalam berdakwah begitu membara seperti tak pernah kehabisan energi. Pastilah kedua orang tuanya sangat bangga karena telah melahirkan seorang aktivis sosial, ekonomi, bahkan agama.

Jiwa sosial yang sangat tinggi sudah mendarah daging pada diri Bu Rini. Kecintaannya di dunia pendidikan nampaknya juga tidak terbendung. Sejak 2003 Bu Rini mengelola TK ALAM ALIF yang berlokasi di Jl. Raya Pacet Km 07 No.38, Maruyung 01/01, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Melengkapi kemampuannya memimpin sekolah alam itu, pada tahun 2006 Bu Rini sudah mengantongi Akta Mengajar UT. Tentu ini sesuatu yang ia perjuangkan pula. Selain minatnya dalam pengembangan pendidikan pra-sekolah, pecinta film Laskar Pelangi ini ternyata juga menekuni bidang parenting, pembelajaran (tafakur) dari alam, terapi bekam, dan terapi lintah.

KETIKA CINTA BERMUNAJAT

Selasa, 28 Oktober 2014
By Mahesa Jundulloh


KETIKA CINTA BERMUNAJAT

Menelisik kebun hatiku
Berhaluan kuncup azliana merekah
Merona menawan indah berseri

Semilir angin menghempas lembut
Dedaunan rindang yang sejuk meneduhkan
Kian terhampar luas di taman permadani

Solek kupu pun mengepak sayap
Mendekat harum membuai pandangan
Mengatap rupa bidadari surga

Goresan sebuah nama pun kian nampak
Di balik kulit batang yang tak lapuk
Meniti siapa di lauh mahfuz-Nya
Arah doa kian tertuju

Cinta itu indah
Tatkala ia menyambut ridho-Nya
Berdzikir lembut menuntun asa

Cinta itu manis
Semanis robithoh mengikat ukhuwah
Selaksa asa bertemu cita

Wahai Pemilik Cinta
Hidupkan cinta kami
Cinta halal di bawah naungan cinta-Mu

Tiada Beban Tanpa Pundak

Sabtu, 22 November 2014
Jam 17.00 WIB
By Mahesa Jundulloh


TIADA BEBAN TANPA PUNDAK

Allah...
Aku tahu takdir-Mu tak bisa kusangka
Bagaimana aku kemarin, sekarang, atau esok
Semua sudah sesuai titah-Mu

Bahagia.. Sedih..
Kecewa.. Penuh Harap..
Semua adalah sunah-Mu

Kadang tatkala pedih melanda
Kesabaranku kian diuji
Tak kuat tahan linangan air mata
Agar ia tetap terjaga dan tersimpan di pelupuk ini

Maka Ya Rabb..
Ampuni hamba
Bukanku tak ikhlas
Tapi apa daya diri ini yang rapuh

Ampuni hamba Ya Fatah
Jika syukurku cacat di mata-Mu
Atau jika maafku tak setulus hati

Kuatkan pundak hamba
Tuk memikul tanda cinta dari-Mu
Tuk tetap tegar melangkah
Mengarungi jalan lurus yang penuh keridhoan-Mu

Aku tak ubah tunas muda yang mudah patah
Yang ingin tumbuh du hamparan bumi
Tak peduli ia gersang... tandus...

Karena ku yakin
Dengan kuasa-Mu..
Aku kan tetap tegak berdiri

Maka kurniakanlah rahmat-Mu selalu
Agar aku tak pernah berputus asa walau sedetik lamanya

Tema postingan apa yang perlu diperbanyak?