Ukhuwah Islamiyah Begitu Indah Berbau Surga | Welcome to Mahesa Jundulloh

Quote

"A happiness is a simple thing to feel. It just needs your sincerity to all you have"

Saturday, May 30, 2015

Ukhuwah Islamiyah Begitu Indah Berbau Surga


 ~sebuah kisah nyata~

By Mahesa Jundulloh 
Kamis, 27 November 2014

Tersebutlah seorang pemuda, anggap saja bernama akh Parlan. Usianya masih belia. Tak ada yang berbeda dengan kebanyakan anak muda Jakarta. Tampilannya masih seperti mahasiswa, tapi tampilan bisa saja menipu bukan? Kadang dan kerapkali dia memakai celana jeans dan mengenakan tas ransel hitam.

Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Akh Parlan rupanya baru pulang dari sebuah kampus ternama, kampus perjuangan di kota Depok. Usut punya usut ia baru saja selesai menghadiri acara talkshow dengan Pembicara Ustadz Efendi Antar, Lc (Ketua Badan Perwakilan Tahfidz Al Qur'an Internasional di Indonesia) dan Ustadzah Sarmini, Lc (Doktor, alumnus International University of Africa dan penulis buku "Alhamdulillah Balitaku Khatam Qur'an").

Ternyata kondisi fisiknya yang masih lunglai akibat sakit tak menyurutkan langkahnya untuk beranjak dari pembaringannya menuju tempat menuntut ilmu. Ilmu yang benar-benar sedang ia azamkan untuk dapat dihimpun, dipelajari dan diterapkan, yakni ilmu tentang mengapa seorang muslim harus banyak berinteraksi dengan Al Qur'an.

Sebagai pengguna setia moda transportasi umum, akh Parlan ini merasa menikmatinya. Bukan hanya agar ia punya banyak waktu untuk berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari bagaimana seharusnya bermuamalah, dia selalu ingin menemukan banyak momen yang penuh ibroh yang bisa ia jadikan inspirasi tulisan atau bahkan agar waktu perjalanannya dapat ia gunakan untuk menghafal atau membaca Al Qur’an atau kitab lainnya.


Kali ini safar dari Depok menuju Jakarta, ia menggunakan jasa angkutan commuter line kereta api listrik Jabodetabek. Ba'da sholat magrib berjamaah di masjid UI, ia bergegas menuju stasiun kampus. Alhamdulillah tak perlu lama menunggu, kereta pun datang sehingga ia bisa tiba dan turun di stasiun Cawang sebelum pukul tujuh malam. Adzan isya saat itu belum berkumandang.

Di stasiun Cawang Akh Parlan lantas langsung saja mengambil air wudhu dan berjalan menuju Musholla yang baru. Tempatnya leluasa.

"Maaf, Pak. Apakah waktu isya sudah masuk Pak?", tanya Parlan pada sesama musafir yang lebih dulu duduk di pojok kanan Musholla bagian depan dan menghadap kiblat. Parlan tak sempat menanyakan nama beliau. Yang jelas, lelaki usia berusia paruh baya nampak sekali keislamannya secara dzohir karena mengenakan peci, tengah memegang mushaf Al Qur'an kecil miliknya, dan celana yang tidak isbal.

Baru saja ia menghadiri talkshow tentang menjadi generasi Al Qur'an dan Allah menghadiahi Parlan untuk berjumpa dengan musafir ini. Sebuah pemandangan indah dan decak syukur Parlan melihat bapak paruh baya itu sangat khidmat tengah muroja'ah sendiri hafalannya. Parlan duduk tepat duduk di sebelah kirinya, jaraknya tak lebih dari satu langkah.

"Sepertinya belum karena belum terdengar Adzan", jawabnya dengan nada santun sambil menoleh ke belakang dan melihat jam dinding yang tergantung di tembok belakang. 

Musholla ini memang terlihat seperti musholla dadakan karena bertempat di lokasi antrian tiket kereta yang tak lagi berfungsi. Sisi kanannya terlihat ada jendela-jendela kaca untuk penukaran tiket manual, bagian depannya seperti pagar rumah atau sel penjara berjeruji besi serta menempel sehelai kain di bagian depan imam. Di balik jeruji besi luar terlihat calon penumpang kereta yang tengah lalu lalang. Sementara itu, sisi kirinya terbuka terbuka lebar untuk masuk Musholla, sedangkan sisi belakang adalah tembok bercat putih.

Sembari menunggu waktu isya, Parlan pun turut muroja'ah hafalan Al Qur’an. Parlan dan bapak paruh baya terlihat khusyuk dengan ayat-ayat Allah. Parlan tatkala itu sedang tidak membawa mushaf, tetapi bersyukur ada aplikasi Al Qur’an di telepon genggamnya.

Dengan suara lirih keduanya sibuk dengan hafalannya. Parlan nampak beberapa kali melihat aplikasi Al Qur'an untuk memastikan apa yang ia baca benar. Begitu pun bapak paruh baya itu beberapa kali membuka dan menutup mushaf yang dipegangnya.

Parlan nampak kesusahan saat mengingat hampir bagian akhir Qs. Al Mulk sebelum lanjut muroja'ah Qs Al Qolam. Berkali-kali ia mengulangi, tapi tetap saja ada bagian yang terlupa. Berkali-kali itu juga ia membuka hp nya. Nampaknya perjuangannya sama dengan perjuangan anak balita yang sedang tertatih melafalkan huruf "R".

Glek.. Tiba-tiba baterai telepon genggamnya mati.  Baterainya memang tadi hanya bersisa 2 persen. Parlan agak kebingungan karena tak ada power bank yang bisa digunakan. Di dalam musholla pun tak nampak ada stop contact yang bisa digunakan.

Ditengah kesulitan dan kebingungannya mengingat-ingat ayat apa yang harus ia baca, ternyata Allah memberikan pertolongan. Bapak paruh baya yang duduk di sampingnya, tiba-tiba menghentikan muroja'ahnya.

"Sedang muroja'ah ya mas?", katanya pada Parlan.
"Betul Pak", sahut Parlan.
"Kalau begitu, mungkin bisa saya bantu. Bisa muroja'ah dengan saya. Tadi sampai ayat apa Mas?", tanya Bapak paruh baya pada Parlan.
"Mulai dari Al Mulk ayat 13 sampai akhir saja ya Pak. terima kasih", jawab Parlan.

Akhirnya keduanya saling duduk menghadap. Parlan pun perlahan demi perlahan melafalkan ayat-ayat itu. Sementara, bapak paruh baya itu terlihat serius memandang Al Qur’an yang ia pegang.

Allohu akbar.. Inilah yang namanya ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah yang didasari kecintaan kepada Allah. Keduanya tak pernah berjumpa tetapi terikat oleh ikatan akidah yang lurus. Jika sudah begitu, sikap ta'awun atau saling menolong pun akan tumbuh. Begitu indah.... Lebih indah dari sekedar ikatan darah atau tanah kelahiran... Innamal mu'minuna ikhwah.. Sesungguhnya antar umat mu'min itu bersaudara.

Allah berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. At Taubah: 71)

Waktu terus bergulir. Keduanya dan yang lainpun pun mengerjakan sholat isya berjamaah. Bapak paruh baya yang tawadhu tadi menjadi imam. Suaranya begitu merdu. Bacaan Qs Annaba di rakaat pertama dan kedua terdengar begitu indah.

Ba'da sholat keduanya berpisah. Belum sempat saling sapa kembali karena ketika Parlan tengah menunaikan sholat sunah ba'diyah, bapak paruh baya tadi sudah meninggalkan musholla. Semoga keduanya bisa berjumpa lagi kelak di surga Allah bersama para Hafidz dan hafidzoh Al Qur’an..

Aamiin.

No comments:

Tema postingan apa yang perlu diperbanyak?