DELAYING GRATIFICATION | Welcome to Mahesa Jundulloh

Quote

"A happiness is a simple thing to feel. It just needs your sincerity to all you have"

Wednesday, October 28, 2015

DELAYING GRATIFICATION

By Mahesa Jundulloh

Dikutip dari tulisan: dr. Gamal Albinsaid
Semoga menginspirasi dan manfaat


Hari minggu malam kemarin, saya perjalanan pulang dari acara seminar United Nation dimana saya diminta membahas fundraising strategy. Saya bertemu seorang pemuda berusia 23 tahun yang tengah merintis sebuah bisnis. Tahun 2002 ia menjadi anak yatim yang mengaharuskannya pindah ke kota Malang dan belajar di Pondok. Bahkan ia sempat tinggal dipanti asuhan. Maklumlah selepas SMA ia harus langsung bekerja.

Sempat 4 tahun menjadi karyawan dan 2 kali berhenti kerja, lalu mulai kuliah ditengah pekerjaan, kini mantan bosnya adalah rival usaha yang sudah dikalahkannya dalam persaingan usahanya. Sebuah perjalanan cepat dan mengagumkan dari seorang pemuda, selalu menjadi rasa yang mempesona bagi saya. Ia mengingatkan saya sebuah teori yang lahir 50 tahun yang lalu. Delaying gratification. Tatkala sekelompok anak diberikan permen dan mereka dijanjikan akan mendapatkan permen lebih jika sedikit bersabar menunda makan permen. Apa yang terjadi? Sebagian besar dari meraka tak mampu bersabar sejenak untuk merasakan lebih banyak permen.

Bagi saya teori itu sudah lahir lebih dari 1.400 tahun lalu tatkala kita diajarkan berpuasa. Sadarkah kita buka puasa begitu lezat dibanding makan malam biasa karena diawali tak makan lebih dari 12 jam. Teori ini bisa kita implementasi pada berbagai bidang kehidupan untuk menjadi kunci memberhasilkan. Bagi saya pengusaha adalah orang yang mau melakukan sesuatu yang orang lain tak mau lakukan untuk merasakan sesuatu yang orang lain tak mampu rasakan.

Tatkala kau mengejar surga, maka kau akan terbiasa bangun shalat malam saat yang lain tertidur, merasakan dinginnya air wudhu tatkala yang lain merasakan hangatnya selimut, kau diminta mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk kebaikan tatkala yang lain menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk kesenangan. Tapi, kau sadar, kau lakukan itu untuk Surga, yang jauh lebih menyenangkan dan menjanjikan dibanding kesenangan sementara. Itulah mengapa orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan hari sesudah kematiannya? Bukankah Rasulullah SAW bersabda: orang yang pandai itu adalah orang yang dapat menundukan nafsunya dan berbuat untuk kehidupan setelah mati. sedangkan orang yang lemah adalah orang yang memperturutkan nafsunya dan mengharap dari Allah agar angan - angannya terwujud."

Meminjam istilah Ibnu Khaldun terkait generasi pejuang, generasi penerus, generasi penikmat, dan generasi pemboros. Jika dilihat pada konteks keluarga, itu yang menjelaskan mengapa anak-anak dari keluarga berada dan kuat banyak terjerumus pada generasi penikmat, hidup mudah, malas berjuang. Dan generasi setelahnya menjadi generasi pemboros, hidup dalam kenikmatan yang berlebihan. Tak jarang, anak seorang pengusaha dan pejuang, jatuh dalam keterpurukan dan kemiskinan karena tak mengenal kerja keras sebagai alasan pemberhasil orang tua. Oleh karena itu, biasakanlah merasakan ketidaknyamanan, sekalipun kau mampu merasakan berbagai kenyamanan.

Delaying gratification adalah kemampuan kita mengatur siklus kenyamanan dan ketidakanyamana untuk mendapatkan kenyamanan lebih di kemudian hari. Apa ketidaknyamanan yang sudah kau rasakan dan nikmati hari ini kawan?

Salam hangat,
dr. Gamal Albinsaid

No comments:

Tema postingan apa yang perlu diperbanyak?